Minggu, 28 Februari 2010

Batak adalah salah satu suku bangsa Indonesia yang berasal dari daerah Sumatera Utara khususnya Tapanuli Utara dan sekitarnya, berikut adalah pengklasifikasian kematian dalam adat istiadat Batak :

Tilahaon ialah kematian dimana kategori usia orang yang meninggal dari anak-anak hingga remaja. Pada kematian ini tidak diberlakukan acara adat apapun kecuali, tangisan saja. Mati Poso ialah kematian yang terjadi jika orang yang telah meninggal tersebut sudah dapat dikategorikan dapat berumah tangga namun belum berumah tangga. Pada kematian ini juga tidak ada acara adat hanya diberikan Ulos Saput (kain pembalut untuk mayat/kafan) dari paman/tulang yang bersangkutan. Mate Rahar ialah kematian dimana yang bersangkutan telah berkeluarga namun belum mempunyai keturunan. Paman/tulang yang bersangkutan akan memberikan ulos saput. Mate Makkar ialah kematian dimana yang bersangkutan baik laki-laki maupun perempuan telah berumah tangga namun belum mempunyai keturunan disebut. Pada acara adat ini ada pemberian ulos saput dan Ulos Tujung oleh kerabat. Sari Matua ialah kematian dimana baik laki-laki maupun perempuan yang meninggal dan sudah mempunyai cucu akan tetapi ada anaknya yang belum berumah tangga. Pada kematian ini kerabat akan memberikan ulos saput dan Ulos Tondi buat yang ditinggal. Mauli Bulung ialah kematian ketika semua anaknya sudah punya anak laki dan wanita (sudah Gabe ) dan bahkan cucunya dari anak laki-laki dan anak perempuan sudah punya sudah punya anak hingga disebutlah dia sudah Marnini dan Marnono. Saur Matua ialah kematian pada saat yang meninggal baik wanita maupun pria semua anak-anaknya sudah menikah dan telah cucunya sudah ada baik dari laki-laki atau perempuan. Ulos saput tetap diberikan Tulang almarhum dan tidak ada lagi ulos tujung kepada yang ditinggal.

Manusia dalam ke-batak-an secara gender dibagi atas Baoa (pria) dan Boru atau Boru boru (wanita). Baoa sebagai penerus keturunan punya nilai lebih dari boru. Sebagai contoh jika ada pasutri yang hanya mempunyai anak perempuan maka keluarga mereka belum Gabe dan jika mereka (Pasutri) meninggal dunia maka kematian mereka diklasifikasikan sebagai Mate Rahar, walaupun anaknya yang perempuan telah memiliki keterunan.

Posisi wanita menjadi kelas dua sebab dia hanya dianggap sebagai alat reproduksi untuk meneruskanketurunan agar Tarombo (silsilah) sang suami tidak terputus, maka bila wanita hanya melahirkan perempuan, sang suami atas restu keluarga akan menikah lagi guna mendapatkan penerus (anak laki-laki). Dalam penyebutan istilah pun perempuan, selalu timpang. Sebab dalam tarombo (silsilah) wanita tidak masuk dalam hitungan. Misalnya ada seorang suami ditanya berapa anaknya, dia akan menyebutkan anak laki-lakinya saja.

Dalam klasifikasi umur manusia. Baik laki-laki ( baoa ) dan perempuan ( boru ) dirunut sebagai berikut

  1. Poso-poso (balita)
  2. Dakdanak (anak-anak)
  3. Naposo (remaja)
  4. Namagodang (dewasa)
  5. Natua-tua (orang tua)
  6. Namatua (uzur)

Namun ada pengecualian dalam adat batak, walau umurnya sudah 40 tahun belum bisa disebut natua-tua jika belum berkeluarga. Tapi jika seorang Remaja namun telah berkeluarga ia sudah dapat dikatakan natua-tua.

Dalam filosofi kebatakan tujuan hidup dan ukuran hidup ada 3 yaitu :

1.
Hamoraon (kekayaan)
2.
Hagabeon (punya anak laki-laki dan perempuan)
3.
Hasangapon (terhormat)

Tapi pada dasarnya seseorang kalau keturunannya dianggap tidak benar dan tidak lengkap yaitu tidak mempunyai anak perempuan atau laki-laki, biarpun dia kaya , dia tidak bisa disebut sangap (Hasangapon). Sebaliknya biar lengkap anaknya tapi tak ada Hamoraon juga tak ada Hagabeon. Namun puncak dari ukuran hidup orang batak adalah Hagabeon.

Dalam adat batak dunia terbagi kedalam 3 alam yakni :

1. Banua Ginjang (alam atas)

2. Banua Tonga (alam yang kita tempati )

3. Banua Toru (alam bawah)

banua ginjang adalah tempat Mula Jadi Nabolon sang penguasa ketiga banua tadi. DIA yang maha kuasa dan punya kekuatan tanpa batas.

mula jadi nabolon sebagai Alpha dan Omega (na so marmula jala na so marujung) menciptakan manusia itu dari tiga unsur

1. daging (jasad)

2. hosa (nafas kehidupan)

3. tondi (roh)

Dari 3 unsur kehidupan ini daging, hosa dan tondi, maka daging hosa tak bisa kekal tapi tondi bisa kekal dan mempunyai kekuatan (sumangot), karena setelah manusia mati maka daging dan hosa akan menjadi tanah tapi tondi mengawang dan cenderung seperti mempunyai kekuatan atas restu mula jadi nabolon. Dalam pemahaman kebatakan tondi seseorang bahkan selalu mengawasi keturunannya dan masih bisa member berkah, petaka dan lainnya dan sebab itu perlu dihargai dan dihormati dan dijaga wibawanya.

Maka jika orang masih hidup itu karena dalam tubuhnya masih ada hosa dan tondi. Jika tondi telah hilang maka orang itu hanya daging hidup yang tak punya makna dan jika hosanya telah menghilang dari daging maka daging sdh menjadi mayat

Jadi kematian dalam kebatakan ada karena kehendak mula jadi nabolon, ada karena kuasa begu (hantu)/setan) dan ada karena dijemput sumangot dari nenek moyang dengan berbagai cara, yaitu jatuh sakit dan lain.