Enter Block content here...


Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Etiam pharetra, tellus sit amet congue vulputate, nisi erat iaculis nibh, vitae feugiat sapien ante eget mauris.

Rabu, 08 Juni 2011
sudah lama tak kubuka blog ini, hasrat untuk menulis hilang ntah kemana mungkin dia tertidur atau apalah. Kenyataan jadwal kuliah yang tidak terlalu padat tidak dapat menjadi pembenaran namun dengan alasan tugas yang menumpuk aku bisa mengabaikannya. Dalam beberapa hari ini aku sempat berpikir mengenai hidupku, ya satu lagi mengenai hidup, sedikit membosankan bahkan untukku. Kabarnya hidupku bahkan tidak menarik untuk dijadikan sinetron berbudget rendah dengan efek-efek 3G yang payah itu. Sedikit cerita yang dapat dibagi meskipun editor jiwa tidak bekerja di tempatnya, tapi dengan pongahnya aku coba sedikit ngebacot ria malam ini.
Beberapa hari terakhir aku mengalami gangguan kesehatan, mulai dari flu, demam, dan kepikunan. yah akhirnya keadaan fisikku dapat menyamakan persepsi dengan keadaan psikisku. Karena apa? Aku juga tidak tahu, asumsiku hanyalah bahwa saking banyaknya tuntutan akademis yang sebenarnya menciptakan perbudakan akademis struktural ditambah dengan akumulasi dari pola makan yang acak seperti konstituen yang tidak tahu siapa yang dipilihnya di pemilu mengakibatkan aku mulai merasakan kepahitan raga. Hingga ragaku tak sanggup lagi melakukan pekerjaannya seperti mencuci pakaian, dalam kepahitan semu itu, aku kembali berpikir kenapa dan apa, bukan kenapa aku seperti ini tapi kenapa aku berpikir lagi? dan Apa maksudku berpikir.
Selama hidupku aku telah banyak berhasil mengimplementasikan keadaan rasional yang dapat dicapai orang-orang seumuranku. Semua tindakan dihitung dengan kalkulasi yang tepat dengan rumus potensi - rugi - resiko - kemungkinan - dsb = tidak ada. Bagi beberapa orang keadaan rasional adalah keadaan paling terang benderang yang dapat dicapai manusia. Namun ketika kukatakan aku kembali berpikir kemana semua ini akan berakhir dan bagaimana, dalam bentuk historisnya keadaan rasionalitasku membuatku tidak mempelajari permainan gitar karena rasio mempertanyakan buat apa, apa motivasimu dan sebagainya. Keadaan itu pula yang membuatku tidak ikut les bahasa inggris di kelas 2 karena rasio mempertanyakan umurku yang masih terlalu muda untuk itu dan banyak hal lain yang membuktikan rasionalitas sering dan mungkin selalu menang. Segala sesuatu sudah diprediksi sebelumnya hingga tidak ada ketegangan dari segala ketidakmungkinan itu.
Sadar mungkin sebuah kata halus untuk keterlambatan. Aku sadar bahwa ragaku yang lemah sebagian besar mungkin bukan karena pola makan yang tidak beraturan dan keadaan lelah, well i do nothing hard with my body lately jadi kenapa sakit? Otakku bagian paling fisik yang aku tahu, mungkin karena otak ini telah bekerja terlalu lama dan berat sampai hal-hal terkecil sekalipun. Mungkin jiwaku telah marah karena aku menduakannya selama ini, dia minta sedikit kue cinta itu, dia ingin ketegangan, ketidakpastian, dan ketidakmungkinan. Dia ingin sesuatu yang tidak rasional, dia ingin aku sesekali menjadi naif dan berjalan dengan mata tertutup, katanya aku telah terlalu rasional hingga si raga marah dan menghentikan fungsinya beberapa waktu, si raga telah memberi waktu cuti bagiku seperti dekan yang menganjurkan cuti satu semester bagi mahasiswanya yang bermasalah dengan kehidupan kampus, dia menyuruhku berbuat salahlah dan jangan berpikir. Oh maaf sepertinya aku harus berhenti sampai disini karena aku harus memastikan untuk tertidur di peraduan malam ini.